Senin, 25 Oktober 2010

3 Kebangkitan Sang Negeri Aceh



      Bencana dan ujian yang telah menimpa saudara-saudara kita di Aceh tidaklah akan selesai, dampak nya dalam waktu 2 atau 3 bulan saja. Dampak yang timbul akibat gempa bumi dan gelombang besar tsunami tersebut akan terus berlanjut sampai puluhan tahun mendatang. Untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak dan hancur akibat bencana ini tidaklah sulit dan tidak akan memerlukan waktu lama, tetapi hanya bergantung dari ketersediaan biaya dan keseriusan pemerintah beserta aparatnya. Biaya pun tampaknya tidak akan menjadi kendala yang serius, khususnya untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur sarana umum, seperti : jalan, jembatan, gedung pemerintahan dan sebagainya. Hal ini mengingat beberapa negara sahabat seperti Jepang, Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya telah berkomitmen untuk memberikan dana bantuan baik berupa Grant ataupun Loan jangka panjang, tanpa disertai syarat-syarat yang dapat mempunyai implikasi politik dan keagamaan bagi pemerintah dan rakyat Indonesia, khususnya Aceh.

     Adapun dari segi teknologi, pembangunan dan perbaikan infrastruktur tersebut bukanlah sesuatu masalah bagi bangsa Indonesia, mengingat bahwa teknologi yang dimiliki bangsa Indonesia tidaklah kalah dengan bangsa-bangsa lainnya. Dampak dari bencana tersebut yang akan sulit dihilangkan atau dikembalikan ataupun bisa tapi memerlukan waktu yang sangat lama, adalah dampak kejiwaan terhadap warga Aceh, khususnya untuk tingkatan anak-anak dan pemuda. Saya penah melihat di televisi kisah nyata dari para korban bencana tsunami yang pernah melanda Hawaii disekitar tahun 60-an. Salah seorang korban menceritakan bahwa pada saat bencana terjadi, dia masih berusia 20 tahun dan baru pada usia 58 tahun dia baru berani lagi melihat laut. Dapat dibayangkan, selama 38 tahun dia tidak berani (karena trauma) melihat laut,mendengar suara ombak, pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan laut. Padahal tsunami yang melanda Aceh adalah beberapa kali lipat dahsyatnya dari yang melanda Hawaii. Dari sekian banyak dampak kejiwaan yang ada, yang paling mengkhawatirkan adalah dalam hal keagamaan dan pendidikan (masa depan). Karena sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau banyak anak-anak Aceh yang telah “dibawa lari” ke luar Aceh dengan menggunakan helikopter, terutama pada daerah-daerah yang tak terawasi oleh pemerintah. Walaupun pemerintah telah membuat peraturan yang melarang siapapun untuk membawa keluar anak-anak tersebut.
Tujuan dibawa larinya anak-anak ini antara lain adalah :

1. Untuk dirubah akidahnya dimana nantinya setelah dewasa akan dikirim kembali ke Aceh dengan membawa misi agama barunya.
2. Untuk diperjual belikan. Selain membawa lari anak-anak, maka ada beberapa cara lain yang dilakukan oknum-oknum yang menggunakan kedok kemanusiaan tersebut, antara lain adalah di setiap box-box bantuan yang diberikan selalu disisipi buku-buku ajaran agama tertentu, juga ada yang berupa mainan anak-anak dengan memakai simbol-simbol tertentu dan lain-lain.

     Pada sektor lain yaitu pendidikan, juga sangat mengkhawatirkan, dimana puluhan ribu anak-anak Aceh menjadi yatim piatu, dimana banyak antaranya tidak mempunyai famili lagi, yang berarti tidak ada yang membiayai mereka untuk mengenyam pendidikan. Walaupun pemerintah berjanji akan membebaskan mereka dari biaya pendidikan, tapi pada kenyataannya hal itu sangatlah sulit dilaksanakan, mengingat masih banyaknya persoalan di dalam negeri yang juga sangat sangat memerlukan perhatian dan biaya. Ratusan gedung sekolah hancur atau rusak parah, yang mengakibatkan terhambatnya proses belajar-mengajar, walaupun ketika itu masih tetap dilaksanakan di tenda-tenda pengungsian. Pemerintah dilain pihak tentunya akan membangun dan memperbaiki sektor ekonomi dahulu agar roda perekonomian Aceh dapat berjalan normal kembali. Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas, khususnya keprihatinan terhadap masa depan anak-anak yatim piatu itulah yang membuat masyarakat muslim Indonesia di Southern Californiaini, di bawah koordinasi Indonesia Muslim Foundation (IMF), bertekad untuk membantu semaksimal mungkin. Agar diperoleh hasil yang maksimal, maka IMF telah membuat 2 program utama, yaitu :

1. Membantu mewujudkan berdirinya gedung sekolah dan panti asuhan anak yatim piatu, dimana lokasinya telah dimiliki oleh rekan kerja IMF di Indonesia yaitu Yayasan Al-Jannah dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
2. Mengkoordinir masyarakat muslim Indonesia di Southern California yang mau berkomitmen menjadi orang tua asuh dari anak-anak yatim piatu tersebut. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan ke-2 program tersebut, Indonesia Muslim Foundation pada tanggal 27 Februari 2005 telah menyelenggarakan Luncheon Banquet Fundraising yang mengambil tempat di Town and Gown University of Southern California Los Angeles. Tujuan diselenggarakannya fundraising ini adalah untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan gedung sekolah senilai $ 327,660. Hadir pada event international pertama yang diselenggarakan IMF ini sekitar 250 orang dari berbagai kalangan baik Indonesia maupun non Indonesia. Tidak adanya pengalaman dalam penyelenggaraan event semacam ini, mengakibatkan IMF kurang tepat dalam
menentukan waktu pelaksanaan dan waktu persiapan. Hal ini mengakibatkan kurang sampainya informasi mengenai event ini kepada organisasi-organisasi Islam lainnya dan bertubrukannya waktu penyelenggaraan dengan event lain yang diselenggarakan organisasi Islam lain.

    Walaupun masih banyak kekurangan di persiapan dan pelaksanaannya tetapi kita patut bersyukur karena berhasil mengumpulkan dana pada event tersebut sebesar lebih dari $16,000 dan masih terus bertambah karena masih adanya kiriman donasi melalui pos dari beberapa organisasi Islam. Selain dana tunai, maka pada kesempatan itu juga salah satu pimpinan Omar Ibn. AlKhatab Foundation memberikan komitmennya bahwa dia akan membantu sepenuhnya keperluan dana pembangunan sekolah tersebut sampai selesai,dan meminta IMF menyiapkan kertas biru pembangunan tersebut. Dengan demikian, maka keseluruhan dana yang telah berhasil dikumpulkan Indonesia Muslim Foundation sejak masa awal terjadinya bencana adalah lebih dari $ 46,000, dimana sebesar $ 13,276 telah disalurkan ke Aceh melalui Yayasan Indonesia Cerdas, sejumlah $ 6,000 telah disalurkan melalui panitia korban bencana Aceh KJRI-LA. Adapun sisanya sebesar lebih dari $ 27,000 akan diantar langsung ke Aceh oleh Ketua Indonesia Muslim Foundation Program kedua, yaitu program orang tua asuh dilaksanakan dengan mengirimkan formulir pendaftaran kepada masyarakat muslim Indonesia yang bersedia dan berkomitmen untuk membiayai anak asuh di Aceh dengan cara memberikan biaya setiap bulannya atau per tahunnya. Anak asuh yang dipilih adalah mulai dari tingkat SD sampai SMA. Sebagai orang tua asuh, maka dia akan mengetahui jati diri dan kondisi anak asuhnya, mulai dari foto sampai silsilah si anak. Juga akan mengetahui perkembangannya serta dapat berhubungan secara langsung. Pada dasarnya IMF berusaha menciptakan kondisi seperti layaknya anak dan orang tua. Dengan demikian, diharapkan kondisi kejiwaan si anak dapat berangsur-angsur pulih karena merasa bahwa dia tidak di tinggal sendirian di dunia ini dan mampu untuk menggapai masa depannya.


Sebagai penutup, Saya sampaikan firman Allah SWT :
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah
orang yang menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat
ria, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”

(QS . 107 : 1-7).

3 komentar:

koetaradja mengatakan...

Semoga saja Aceh lebih maju kedepannya!

marthaandival mengatakan...

luar biasa... semoga tulisan ini dapat dibaca seluruh generasi muda aceh..

salam kenal ya

Deradja's Blog mengatakan...

hehe.. iya bang.. salam kenal kembali..

Posting Komentar